iklan responsive
Kepada sesiapa yang tak percaya lagi siksa kubur itu
benar, ini bukti khas untuk anda. Ambil pengajaran betul betul dalam cerita ini
sebelum kita pula masuk ke dalam kubur. 🙁
Pagi itu cuasana cerah, sebuah teruk yang sarat
dengan
barang pindahan masuk pekarangan sebuah rumah yang
baru selesai di bangun. Melihat ada warga pindahan yang akan menjadi penduduk
baru.
Masyarakat bergegas membantunya, mereka sibuk
mengangkut barang barang masuk ke dalam rumah. Setelah selesai. Pemilik rumah
langsung berkenalan dan akrab dengan masyarakat. Nama saya Karta,saya pindahan
dari kampung sawah, ini istri saya. Nita ujar Karta. Tau seorang ibu keluar
dari rumah tersebut dengan menggengam sapu di tangan. Kalau ibu yang tua itu
siapa? Tanya salah satu tetangga yang baru saja di salami Karta.
Ohh…..itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya
sudah meninggal dunia, saya anak pertama, sehingga saya bertanggung jawab atas
keluarga, terutama ibu. Jadi saya ajak ibu untuk tinggal bersama kami.
cerita karta. Keluarga Karta tampak harmonis,
masyarakatpun akrab dengan keluarga karta. Banyak tetangga yang memuji keluarga
itu, karena jarang terdengar percekcokan. Akan tetapi siapa sangka, apa yang
tampak di mata warga sekitar situ teryata berbeda dengan kenyataan.
Memang pada awalnya di keluarga itu tidak ada
terjadi perseteruan. Namun di kemudian harinya ada saja masalah, hal hal yang
remehpun bisa menjadi sumber masalah, terutama antara Ibu Fatimah dan istri
Karta selalu saja terjadi perselisihan. Ibu Fatimah sering menerima cacian,
hinaan fitnahan dari istri Karta.
Akan tetapi ibu Fatimah selalu sabar menerimanya,
dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu. Harapan yang di idam idamkan
untuk menghabiskan masa tuanya dengan anak, menantu dan cucu dalam keseharian
yang di warnai bunga bunga kebahagiaan teryata pupus sudah.
Tetapi demi kasihnya untuk anak tercinta, dia rela
menerima berbagai perlakuan yang tidak sewajarnya dari sang menantu. Eh tua
bangka jangan enak enakan di sini ya….memangnya gak ada yang di kerjain,
kerjanya cuma ngobrol saja! Bentak menantunya.
Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh,namun
ada saja yang salah pada dirinya.cacian , hinaan ,fitnahan selalu saja di
tuduhkan ke dirinya.bahkan darah dagingnya sendiri yag ia lahirka, dirawat
sejak kecil ikut membencinya.
Mas, saya tidak suka dengan ibu , masa seharian
kerjanya cuma duduk duduk saja, saya kan capek sudah harus merawat anak kita si
Dini, merapikan rumah,eh….ada yang lain bukannya ikut membantu kata Nita kepada
suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, nanti saya yang bicara kepada ibu.lama
lama hilang juga kesabaran saya kepadanya, ucap Karta. Hasutan demi hasutan
terus di tuduhkan kepada ibunya.
Tak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang
tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. hingga suatu malam terjadi
pertengkaran yang hebat. Mas, saya sudah tak sanggup tinggal di ruamah ini ,
seperti di neraka saja, Saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau Mas
tidak mengeluarin tua bangkat.
Itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan
keluar…tantan Nita. Karena termakan dengan fitnah istrinya, akhirnya Karta tega
mengusir ibunya sendiri. Bu saya sudah tidak sanggup dengan sikap ibu, ada saja
pertengakran yang muncul. Daripada rumah tangga saya hancur karena keberadaan
ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga, Ibu bisa
tinggal dirumah Tini atau Tuti. Usir Karta.
Saya Tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus
meninggalkan rumah malam ini juga, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu akan
keluar dari sini, akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi.
Ijinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah
ini, pinta ibu Fatimah. Lagi lagi istri Karta menyela, Mas, saya atau dia yang
keluar meninggalkan rumah ini.
Karena Karta takut kehilangan istrinya yang di
cintainya ,dia lebih rela ibunya yang harus keluar dari rumahnya. Padahal di
rumah itu ibunya pun memiliki saham buat mengadakan rumah tersebut. Keluar !
saya tidak mau tahu ! Bentak Karta dengan bengis.
Bahkan dengan sombongnya Karta.pun mendorong ibunya
keluar rumah. Nita, istri Karta sendiri dengan angkuhnya , seakan akan
menunjukkan dirinya bahwa dialah pemenangnya. Hanya berbekal beberapa potong
pakaian ,tanpa di beri uang satu rupiah pun, ibu Fatimah Meninggalkan rumah
itu.
“SAYA TIDAK AKAN RIDHO DUNIA AKHERAT AKAN
PERLAKUANNYA KEPADAKU , KUHARAMKAN AIR SUSU YANG TELAH DIMINUMNYA , SEMOGA DIA
DI BAKAR DI DUNIA DAN DI AKHERAT.”
Kutuk ibu Fatimah. Dengan air mata yang terus
mengalir di pipinya yang sudah mulai mengeriput, wanita tua itu terus
menyelusuri jalan raya seorang diri. karena tidak membawa uang sepeserpun.
Bu Fatimah terpaksa berjalan kaki menuju rumah
anaknya yang lain. Sejak kepergian ibunya, kehidupan rumah tangga karta bukanya
bertambah harmonis. Bahkan belakangan Karta jatuh sakit, Sembilan bulan lamanya
Karta Melawan sakit.
Berawal hanya gatal gatal biasa, kemudian lama
kelamaan tampak memerah di sekitar perutnya. Beberapa dokter dan paranormal
telah ia datangi, namun pengobatanya yang ia jalani sia sia saja, tak ada
hasilnya, bahkan harta yang ia miliki mulai habis untuk mengobati penyakit itu.
Badan mulai mengurus,jalan pun sudah mulai tak
sanggup, akhirnya ia berbaring lemah sepnjang waktu di ranjangnya, dari
perutnya keluar cairan yang sangat bau.
Teman teman dan para tetangganya pun mulai menjauh
takut tertular dengan
penyakit karta. Badanya tak bisa di gerak gerakkan
kekanan ata kekiri karena akan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat bila
bergerak. Belakang tubuhnya mulai lecet lecet di sebabkan lama berbaring kaku
di ranjang. Karta menyadari bahwa sakit yang dideritanya itu di sebabkan oleh
sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Makanya ia pun meminta agar
sang ibu datang kerumahnya agar ia bisa minta maaf kepada sang ibu.
Tolong panggilakan ibu saya, saya ingin bertemu
denganya, saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta. Karta menyadari bahwa
sakit yang di deritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai
ibunya sendiri. Maka diapun meminta agar sang ibu datang kerumahnya, agar dia
bisa minta maaf kepada sang ibu. Tolong panggilkan ibu saya, saya ingin bertemu
dengannya saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta.
Maka di utuslah seorang tetangganya untuk meminta
ibunya datang.namun sang ibu tidak bergeming. Hatinya terlalu sakit menerima
perlakuan anaknya yang kurang ajar dan tidak tahu balas budi itu. Luka hatiku
jauh lebih sakit dari apa yang ia derita, ujar ibu Fatimah menolak orang yang
merayunya untuk datang menemui anaknya.orang itupun dengan langkah gontai pergi
meninggalkan rumah Tini.
Sementara itu Karta di ranjangnya, Karta terus
merasakan sakit yang amat sagat, Tubuh Karta meronta ronta kesakitan, matanya
melotot , seakan ada mahkluk yang sangat menyeramkan di hadapanya.
Mas,mas…kenapa mas?…istighfar mas,mas…..astaughfirlloh al’adziim..” ujar Nita
sambil memegang tubuh Karta yang kian lama Hentakanya semakin keras. Nita
sadar,suaminya sedang menghadapi sakarotul maut,ia pun menuntun suaminya dengan
membaca kalimat Tahlil. Laa ilaaha illallah,….”berkali kali, dengan deraian
airmata, Nita terus menuntun suaminya agar mengikuti ucapannya..
Sampai datang waktu subuh, Karta masih saja
merasakan sakarotul maut. Nita pergi meninggalkan suaminya untuk menunaikan
sholat subuh. Dengan air mata berlinang ia sujud memohon kepada Allah SWT,agar
suaminya cepat di ambil nyawanya daripada harus tersiksa seperti itu. Pada
pukul setengah enam, dengan mata yang sembab, Nita kembali masuk ke kamar
suaminya.
Dipegangnya tubuh Karta,dingin sudah merayapi
sekujur tubuhnya, Nafasnya tercekat di Leher,terdengar orokan panjang dari
mulutnya. Tepat jam enam pagi, Karta menghembuskan Nafas Terakhirnya, dengan
mata melotot, seolah olah melihat ke atas dan jari tangan yang membengkok kaku
serta mulut yang menggangga lebar. Orang orang sibuk menyiapkan prosesi
kematian Karta. Masyarakat sekitar datang berduyun duyun untuk bertakziah….
Baru melangkahkan kaki di pintu masuk, tercium bau
yang tak sedap, padahal ruangan sudah di semprot wewangian, di setiap pojokan
di letakkan kamper demi mengurangi bau tak sedap itu. Akan tetapi bau itu tetap
saja ada.pelayat yang datang serta merta menutup hidung agar tak tercium bau
tak sedap itu.
orang orang yang memandikan jenazah pun terpaksa
harus menggunakan masker agar tidak tercium bau tak sedap.anehnya air kotor dan
bau yang keluar dari perut Karta tidak mau mengering.padahal perut itu sudah di
tempelin berlapis lapis kapas.akhirnya orang orang yang mengurus jenazah
langsung mengafani.
setelah selesai di sholatkan, jenazahpun di bawa ke
tanah pemakaman dengan menggunakan mobil ambulance.sesampai di pemakaman liang
lahat pun telah di persiapkan.
setelah prosesi pemakaman selesai, tak beberapa
lama, rombongan siap kembali ke mobil.tiba tiba datanglah beberapa laki laki
yang tergesa gesa. saya tak mengijinkan mayat ini di kubur di tanah ini, karena
kami membayar tanah di sekitar ini.
Tanah ini sudah menjadi kavling pemakaman keluarga
kami. Saya mohon angkat jenazah itu sekarang juga. ujar orang itu. Tolonglah
pak, mayat ini sudah di kubur, tidak mungkin kami gali lagi, jawab pak ustadz
Abdulah.
Kami tidak mau tau, tanah ini sudah menjadi milik
keluarga kami.kami minta di gali sekarang juga! ucap orang itu lagi dengan agak
marah. Karena orang yang mengaku memiliki tanah kavling itu gak mau mengalah,
akhirnya pihak keluarga karta terpaksa mengalah juga maka makam yang baru
sekitar setengah jam di timbun itu pun di gali kembali untuk di pindahkan ketempat
yang lain. Ketika papan penutup liang lahat di bongkar, maka jenazah karta pun
tampak dari luar.
Semua orang tercengang melihat jenazah itu.Betapa
tidak, kain kafan putih yang membalutnya berubah menjadi abu abu, seandainya
kalau perubahan warna itu disebabkan oleh tanah makam yang berlumpur tentu
warnanya coklat kemerahan, bukan abu abu. Hal ini tentu membuat tanda tanya
besar di hati para pengantar jenazah.ketika mayat itu mendak di angkat,orang
orang yang mengangkatnya keheranan.
Karena ukuran jenazah itu menjadi lebih pendek dari
semula. Akibatnya bagian ujung kain kafan itu jadi tampak lebih panjang dari
yang seharusnya. Pak ustadz, kain kafannya di buka dulu saja, sepertinya kok
ada yang tidak beres? kata beberap orang. Maka kain kafan itu pun dibuka.
Begitu kain kafan di terbuka, maka terkejutlah semua orang yang hadir. Betapa
tidak Betapa tidak, mayat Karta yang baru dikubur Sekitar setengah jam, telah
berubah menjadi hitam dan gosong seperti hangus terbakar.
Kakinya tertekuk ke dada. begitu juga tangannya juga
tertekuk. Mayat itu bentuknya tidak lagi lurus melainkan berubah seperti
monyet. Pantas saja kalau mayatnya seperti lebih pendek.
Melihat kondisi jenazah yang mengerikan seperti itu,
maka mereka segera membungkus kembali dengan kain kafan yang tadi, sementara
beberapa orang mulai menggali lubang kubur baru yang letaknya di pinggir areal
pemakaman dekat pagar batas.
Setelah penguburan selesai, satu persatu orang orang
mulai meniggalkan makam itu. kini Karta seorang diri di lubang kuburnya. istri
yang sangat di citai, yang di bela habis habisan pun tidak dapat menemaninya.
Semakin Banyak Yang Menyebarkan Semakin Banyak Anak Yang Terselamatkan Tidak
Berdurhaka Kepada Orang TuaNya…
ikalan saiz 250
iklan adnow
0 Response to "ASTAGFIRULLAH.!! Baru Dikubur 30 MINIT Jenazah Ini Hangus Terbakar… Hanya Kerana dosa Ini"
Post a Comment