iklan responsive
Saudaraku, Rasulullah saw adalah manusia paling
mulia. Tak ada sedikit pun cacat dalam pribadinya. Dia sempurna sebagai
manusia. Allah saw telah menjadikannya demikian semenjak dia kanak-kanak
sehingga dewasa, dan tentu saja, semua semakin mempesona saat beliau diangkat
menjadi utusan-Nya. Sehingga Allah mentahbisnya menjadi teladan semesta.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)
Salah satu di antara keisitimewaan beliau di hati
umatnya adalah beliau senantiasa memperhatikan mereka pribadi-pribadi. Beliau
sangat tahu kelebihan dan kekurangan tiap-tiap sahabatnya, pribadi per-pribadi,
individu per individu. Tak jarang beliau mendoakan mereka dengan doa yang
khusus, atau memberi nasehat dengan nasehat yang khusus. Sehingga orang-orang
yang mendapat doa atau nasehat itu, merasa dihargai, merasa menjadi orang yang
memiliki tempat tertentu di hati Rasulullah.
Abu Bakar beliau doakan menjadi kekasihnya di dunia
dan di surga. Umar beliau doakan menjadi pembela dan penguat Islam. Ibnu Abbas
beliau doakan menjadi penafsir al-Quran yang paling termasyhur. Ali beliau
doakan menjadi pemimpin para pemuda di surga. Saad bin Abi Waqash beliau doakan
menjadi orang yang mustajab doa. Anas bin Malik beliau doakan menjadi sahabat
yang paling banyak anak dan paling panjang umurnya. Dan masih banyak lagi doa
serta nasehat lain yang beliau sampaikan kepada para sahabatnya secara pribadi.
Itulah beliau, pribadi paling mulia dan paling dekat dengan siapa saja.
Saudaraku, mari kita dengarkan salah satu nasihat
beliau kepada Abu Hurairah. Hadits ini diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi.
Pada suatu hari, Rasulullah menawarkan kebaikan
kepada sahabat-sahabatnya. Ah, sungguh mulia engkau wahai Rasulullah, bahkan
untuk urusan kebaikan pun engkau tak memaksakannya. Bahkan untuk urusan yang
akan menyelamatkan umatmu pun engkau tak pernah menyatakannya dengan amarah.
Engkau ungkapkan tawaran itu dengan cinta, dengan sepenuh perhatian.
“Siapakah di antara kalian yang sanggup untuk
mengambil kalimat-kalimat berikut ini, lalu mengamalkannya dengan sepenuh hati?
Atau mengajarkannya kepada yang lain dengan sepenuh hati?”
Abu Hurairah mengangkat tangannya. Inilah dia, sang
murid sejati. Pengiring Rasulullah ke mana saja beliau pergi untuk menyerap
ilmu dari beliau, untuk meneladani beliau sepenuhnya. Inilah dia pengumpul
hadits terbanyak dalam sejarah.
“Aku ya Rasulullah..!” ujarnya.
“Lalu beliau memegang tanganku, “ Abu Hurairah
berkisah. “Kemudian beliau tanamkan kepada hatiku ungkapan cintanya itu”
“Peganglah olehmu kuat-kuat lima nasehatku ini…!!”
ucap beliau sambil memegang erat tangan Abu Hurairah.
Duh, betapa iri kami kepadamu ya Abu Hurairah.
Tanganmu dipegang oleh manusia paling mulia. Matanya menatap matamu. Telingamu
disentuh langsung oleh suaranya penuh kelembutan. Dan cintanya mengalir melalui
hangat tangan kalian berdua yang saling menggenggam erat. Indahnya cintamu ya
Rasulullah. Kapan kami bisa mengecapnya secara langsung? Bahkan saat kau tak hadir
di sisi kami, cintamu begitu kuat terasa. Melalui hadits yang disampaikan
guru-guru kami. Melalui kerendahan hati para pengikut sejatimu. Betapa rindu
kami padamu ya Rasul.
“Sekali lagi, peganglah olehmu kuat-kuat lima
nasehatku ini”, kata Rasulullah
Saudaraku, itulah salah satu bukti cinta Rasulullah
kepada Abu Hurairah dan kepada kita semua. Beliau ajarkan kepada kita cara
menjadi, manusia paling taat, manusia paling kaya, mukmin paling benar, muslim
sejati serta cara agar hati tetap hidup.
1. Jauhilah urusan-urusan yang haram, niscaya engkau
akan menjadi orang paling taat.
Itulah ketaatan sejati. Di saat kita mampu menjauhi
yang haram, segala hal yang Allah benci. Sebab melaksanakan perintah saja tidak
cukup. Banyak orang mampu melaksanakan banyak perintah: shalat, shaum, zakat,
ibadah haji dan lain-lain. Tetapi ketika yang haram tidak dijauhi, malah masih
sering diamalkan, maka kebaikan-kebaikan itu tak banyak berguna. Melaksanakan
perintah shalat adalah kebaikan, tetapi ketika shalat itu tak mampu menjauhkan
kita dari kemaksiatan, maka apa bedanya kita dengan orang yang tidak shalat.
Allah berfirman, dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45)
Melaksanakan perintah shaum adalah kebaikan, tetapi
ketika shaum itu tidak mampu menjaga lisan kita dari berkata kotor, apa bedanya
kita dengan orang yang tidak shaum? Ketika shaum itu berarti hanya menahan
lapar dan dahaga saja, apa bedanya kita dengan orang kelaparan yang tidak punya
apa-apa untuk dimakan?
2. Hendaklah kamu ridho dengan apa yang Allah beri
untukmu, engkau pasti akan menjadi orang yang paling kaya.
Banyak orang ingin
menjadi kaya, tapi tidak memahami apa itu kaya. Saudaraku, semua yang ada di
dunia ini adalah milik Allah, tak ada seorang pun yang benar-benar memiliki
sesuatu. Semuanya hanya titipan, semuanya hanya milik Allah. Oleh karena itu,
kekayaan sejati adalah ketika kita mampu dekat dengan DIA yang Maha Kaya Yang
memiliki segala.
Jika seseorang mengaku dirinya kaya, ia akan
mengumpulkan harta sebagai bukti pengakuannya. Dan ia akan merasa takut
hartanya berkurang, sehingga dia tak hanya pelit kepada orang lain, kepada
dirinya pun ia pelit. Orang seperti ini bukan orang kaya, mereka orang miskin,
orang yang dikuasai harta.
Orang yang ridlo dengan apa yang Allah beri adalah
orang kaya, sebab ia yakin segala kebutuhannya akan dipenuhi oleh Yang Maha
Kaya. Ia tak butuh ap apa selain Allah.
3. Berbuatbaiklah kepada tetangga, engkau pasti
menjadi mukmin sejati.
Mukmin artinya orang yang beriman. Apabila
diibaratkan, keimanan itu ibarat pakaian. Ia tampil sebagaimana kita
menampilkannya. Ia bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan dsentuh
oleh indera yang lainnya. Keimanan seseorang bisa dirasakan oleh orang-orang
yang terdekat dengannya, oleh lingkungannya. Keimanan tampil apa adanya dalam
ucapan dan perbuatan kita. Rasulullah saw bersabda,
“Tidak beriman seseorang sehingga ia mengatakan apa
yang baik, atau (jika tidak bisa) ia diam. Tidak beriman seseorang sehingga ia
memulyakan tetangganya. Dan tidak beriman seseorang sehingga ia memuliakan
tamunya”. (HR. Bukhari Muslim)
Jika demikian, siapakah orang yang paling beriman?
Orang yang paling beriman adalah orang yang paling terlihat buki keimanannya.
Jika seseorang sudah dinilai oleh tetangganya sebagai seorang mukmin sejati,
maka sudah barang tentu di dalam keluarganya ia adalah orang yang beriman.
4. Cintailah untuk manusia sesuatu yang kau cintai
untuk dirimu sendiri, engkau pasti menjadi muslim sejati.
Muslim artinya orang
yang menyelamatkan. Menjadi muslim artinya menjadi orang yang menyelamatkan
orang lain dari kejahatan lisannya dan perbuatannya. Menjadi muslim adalah
mencintai untuk orang lain sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.
Jika ia mengharapkan kesehatan untuk dirinya, maka
harapkan pula kesehatan itu dirasakan orang lain. Jika ia mengharap mendapatkan
kebaikan dari orang lain, maka harapkan pula kebaikan itu dirasakan oleh orang
lain. Jika ia mengharapkan kebahagiaan, maka harapkanlah kebahagiaan itu
dirasakan pula oleh orang lain. Maka, jadikanlah segala yang kita cintai untuk
kita dapatkan, kita cintai pula untuk didapatkan oleh orang lain. Jadikanlah
segala yang kita harapkan untuk kita miliki, kita harapkan pula untuk dimiliki
oleh orang lain.
Inilah yang disebut itsar: mendahulukan dan
mengutamakan orang lain. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh para sahabat
Anshar, mereka mendahulukan saudara muhajirin mereka daripada diri mereka
sendiri. Bacalah ayat ini, “dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah
dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang
beruntung”. (QS. Al-Hasyr: 9)
5. Janganlah banyak tertawa, sebab banyak tertawa
itu akan mematikan hati.
Tertawa adalah gambaran kebahagiaan. Dalam kadarnya
yang tepat, tertawa akan mendatangkan kesehatan. Tetapi dalam porsi yang
terlalu banyak ia akan mendatangkan keburukan. Ia akan menyebabkan kepekaan
hati berkurang.
Hati telah Allah ciptakan dengan sifatnya yang
sangat peka terhadap kondisi sosial sekelilingnya. Saat melihat orang lain
bersedih, hati yang sehat akan peka terhadap kesedihan orang lain itu. Ia akan
berupaya memberikan hiburan agar sedihnya hilang. Saat melihat orang lain
terkena musibah dan menderita, hati yang sehat akan peka teradapnya. Ia akan
mencoba untuk memberikan bantuan. Tapi, orang yang terlalu banyak tertawa
kehilangan kepekaan hatinya. Karena tertawa telah membuat kepekaan itu
berkurang. Membuatnya merasakan cinta berlebih kepada dunia yang serba indah.
Tertawa membuat hatinya tumpul, sakit dan akhirnya mati.
Tentu, yang sebenarnya Rasulullah larang dalam
hadits itu bukanlah tertawanya. Sebab tertawa adalah reaksi spontan terhadap
sebuah peristiwa. Yang dilarang adalah memperbanyak sebab terjadinya tertawa.
Waktu luang diisi dengan hiburan yang berlebihan sehingga lupa bahwa waktu
terus mendekat kepada kematian. Memberikan porsi berlebih kepada sebab-sebab
tertawa, itulah yang sebenarnya beliau larang.
Terlalu banyak tertawa menyebabkan seluruh dunia
terpusat kepada dirinya, ia lupa sekelilingnya, ia lupa bahwa hidup yang
sementara itu akan segera berakhir, sedangkan masih banyak amal yang seharusnya
dilakukan, masih banyak bekal yang seharusnya ia kumpulkan menuju kehidupan
abadi.
Saudaraku, Rasulullah telah mewasiatkan kepada kita
apa yang kita butuhkan untuk hidup selamat sampai ke tempat tujuan.
Laksanakanlah wasiat itu sebaik-baiknya.
ikalan saiz 250

iklan adnow
0 Response to "Lima Nasihat Rasulullah untuk hidup selamat sampai ke tempat tujuan AKHIRAT"
Post a Comment