iklan responsive
Sebagai
makhluk hidup, kita pasti membutuhkan sandang-pangan. Kebutuhan sehari-sehari
tak bisa dilepaskan. Untuk memenuhi hal itu, kita membutuhkan banyak biaya.
Biaya bisa kita dapatkan dengan bekerja keras, karena di dunia ini tidak ada
yang gratis. Apalagi hidup di perkotaan. Hanya ‘mengeluarkan angin’ yang tidak
usah bayar.
Bekerja
begitu mulia dalam pandangan Islam. Bekerja memang capai dan letih, tapi hal
itulah yang diapresiai Islam. Tidak percaya ? Mari kita baca dan renungi hadis
di bawah ini. Rasulullah saw bersabda,
ما
أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده إن نبي الله داود عليه السلام كان يأكل
من عمل يده
“Tidaklah
seorang makan yang lebih baik dari pada memakan dari hasil kerjanya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Daud AS. Hanya makan dari hasil bekerjanya sendiri” (HR. Imam
Bukhari)
Bahkan,
jika kita bekerja lalu menjadi orang sukses, kita akan dicintai oleh Allah swt.
Sebab, orang sukses lebih perkasa daripada yang tidak. Orang sukses lebih
bermanfaat dari yang tidak. Hal ini pernah Rasulullah saw sampaikan kepada para
sahabat-sahabatnya. Kata beliau,
“Mu’min
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mu’min yang
lemah……. “ (HR. Imam Muslim).
Para
ulama mencoba mengenalisa arti dari “mukmin yang kuat”. Ada yang mengatakan
yang dimaksud dengan mukmin yang kuat adalah mereka yang kuat fisiknya,
sehingga dia mampu melaksanakan ibadah sangat panjang, bisa berjihad di jalan
Allah, dan seterusnya.
Ada
pula yang mengatakan yang dimaksud “mukmin yang kuat” adalah orang yang
memiliki pengetahuan, sehingga dengan pengetahuannya itu bisa mencerdaskan
umat.
Ada
pula yang mengetakan, yang dimaksud “mukmin yang kuat” adalah mereka yang
memiliki banyak harta, sehingga dengan hartanya dia bisa membantu perjalanan
dakwah dan kepentingan muslimin.
Namun
demikian, agar pekerjaan kita menjadi amal ibadah, kita haru smelakukan
langkah-langkah. Setidaknya ada tiga cara dalam masalah ini. Pertama,
memperbaiki niat. Saat kita ingin bekerja, kita niatkan dalam hati dengan niat
yang baik. Misalnya, kita bekerja agar keluarga kita tidak minta-minta. Kita
bekerja agar harga diri keluarga kita terjaga. Kita bekerja agar pendidikan
anak-anak kita sempurna.
Jika
demikian, pekerjaan kita akan berubah menjadi amala khirat. Sebab niat yang
baik bisa mempengaruhi setiap pekerjaan kita. Innamaal-a’malubian-niyat. Setiap
pekerjaan itu tergantung niatnya.
Maka
tak heran jika Imam Al-Ghazali menulis dalam IhyaUlumiddin, bahwa jika
seseorang saat mencari harta berniat agar keluarganya terhindar dari
minta-minta, harga diri keluarga terjaga, juga jika ada yang lebih dari
kebutuhan akan didermakan kepada yang membutuhkan, maka pekerjaan itu akan
berubah menjadi pekerjaan akhirat. Artinya, setiap peluh yang bercucuran,
setiap nafas yang dihembuskan, bernilai pahala.
Tentu,
pekerjaan yang digeluti bukanlah pekerjaan yang dilarang syariat. Sebab, jika
pekerjaan yang di geluti merupakan larangan Allah, walaupun kita niati dengan
sebaik mungkin, pekerjaan itu tetap terlarang. Misalnya kita mencuri, kita
niati agar keluarga kita tidak minta-minta, tatap saja pekerjaan kita dilarang
oleh Allah swt. Karena niat bisa mempengaruhi hanya dalam amal yang wajib,
sunah dan mubah (yang diperbolehkan).
Kedua,
tidak meninggalkan kewajiban.
Allah
mempersilakan kita bekerja, tapi pekerjaan itu tidak boleh melalaikan kita dari
kewajiban-kewajibankepada-Nya. Allah mempersilahkan kita mencari rizki, tapi
pencaharian kita tidak boleh melalaikan kita dari shalat limawaktu. Sebab, buat
apa kita banyak harta, tapi dibenci Sang Pencipta.
Sungguh,
bekerja sebagai tukang parkir tapi sholat lima waktu tidak ketinggalan, jauh
lebih baik daripada bekerja sebagai manajer tapi sholatnya ditinggalkan. Karena
mulia tidaknya sebuah pekerjaan bukan dilihat dari seenak apa menurut pandangan
mata, tapi sejauh man adia deka tdengan Allah Ta’ala.
Dalam
Kitabnya, Qut al-Qulub, Syaikh Abu Thalib al-Makki, menulis sebuah hadis betapa
Rasulullahsaw mewanti-wanti agar kita tidak meninggalkan shalat. Rasulullah saw
bersabda,
“Barangsiapa
yang menjaga shalat dengan menyempurnakan sesucinya, menjaga waktu-waktunya
maka dia akan mendapat cahaya dan argumentasi di akhirat. Akan tetapi
barangsiapa yang menyia-nyiakan sholat, maka Allah akan mengumpulkannya dengan
Fir’aun dan Haman.”
Maukah
kita berkumpul dengan Fir’aun? Bukankah Firaun adalah seorang hamba yang
terlaknat? Bukankah Firaun adalah seorang hamba yang mengaku tuhan sehingga
diazab? Tidak. Kita tidak mungkin mau berkumpul dengan dia. Karena tempatnya
pasti neraka.
Ketiga,
menabung sebagian harta kita untuk kita ambil di akhirat. Caranya? Dengan
menggunakan harta kita di jalan Allah, menginfakkannya di jalan dakwah,
menyedekahkannya untuk pendidikan Islam, dan lain sebagainya. Maka harta yang
kita miliki akan abadi sampai surge nanti. Tahukah bahwa rizqi yang sebenarnya
adalah bukan yang ada di genggaman kita, tapi yang bisa kita bawa ke alam baqa?
Bukankah
Rasulullah sudahmemberi tips kepada kita agar selamat dari api neraka? Kata
beliau,
“Takutlah
diri kalian dari api neraka walaupun dengan separuhnya kurma.” (MuttafaqAlaih)
Maksudnya,
jagalah diri kita dari api neraka walau hanya dengan bersedekah separuh kurma.
Sebab, sekecil apapun yang kita sedekahkan, kelak sungguh akan bermanfaat untuk
kita. Bahkan sedekah seberat sayap nyamuk pun akan terasa lebih berharga dari
dunia seisinya kelak di akhirat.
Alakullihal,
dalam Islam bekerja begitu mulia. Orang yang bekerja mendapat apresiasi dari
baginda. Akan tetapi, bekerja tidak boleh menjadi alasan untuk tidak beribadah.
Karena bekerja bisa menjadi lading ibadah. Caranya dengan memperbaiki niat,
tidak meninggalkan kewajiban, dan mendermakan sebagian harta kitauntuk bekal
akhirat.
ikalan saiz 250
iklan adnow
0 Response to "Tips Mendapat Pahala Semasa Bekerja"
Post a Comment